Selasa, 15 Maret 2016

Fenomena Kesehatan Mental, Konsep Normal Abnromal di Masyarakat


Fenomena Kesehatan Mental, Konsep Normal Abnromal di Masyarakat





           Mata Kuliah: Kesehatan Mental
Nama  : Trisya Handika Putri
NPM    : 1A514884
Kelas    : 2PA07




FAKULTAS PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA
TAHUN AJARAN 2015-2016


PENDAHULUAN
Kesehatan adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal. Selain itu kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada dasarnya, setiap manusia menghendaki hidup dan kehidupan yang tenang, tentram dan bahagia, meskipun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut tercapai. Sebab sudah menjadi sunatullah bahwa kegundahan, kekalutan, kegelisahan dan berbagai bentuk gangguan psikologis lainnya merupakan bagian yang akan selalu menyertai kehidupan manusia.
Problematika individu yang sering dihadapi ialah kegagalan seseorang dalam menghadapi kenyataan hidup seperti sangat sulit untuk menghadirkan rasa takut, rasa taat, dan rasa bahwa Dia selalu mengawasi perbuatan dan perilaku setiap individu. Problematika individu dengan dirinya sendiri, ialah kegagalan bersikap berdisiplin dan bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati nurani yang selalu mengajak, menyeru dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran kepada Tuhannya. Sehingga muncul sikap was-was, ragu, prasangka buruk lemah motivasi dan tidak mampu bersikap mandiri dalam melakukan segala hal yang berujung terjadinya gangguan kejiwaan (Hamdani, 2004).
Kesehatan Jiwa adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain (Irma, 2009).
Gangguan jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition, emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Faktor – faktor penyebab gangguan mental:
  1. Pesatnya arus urbanisasi di kota-kota besar.
  2. Kehidupan kota yang serba tergesa-gesa
  3. Lebih menonjolkan kepentingan diri sendiri dan rasa individualisme.
  4. Kemajuan ilmu pengetahuan, mekanisme, industrialisasi, dan urbanisasi.
  5. Memburu keuntungan komersial dan penuh kompetisi.
  6. Pengaruh lingkungan dan mass media
  7. Masa transisi
Menurut Townsend (1996) mental illness adalah respon maladaptive terhadap stressor dari lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial, kerja, dan fisik individu. Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke DSM-III adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
Di Indonesia, Public figure menjadi sorotan bagi masyarakat luas termasuk para penggemarnya. Tak heran jika kehidupan pribadi sang public figure menjadi topik hangat yang selalu di bicarakan oleh masyarakat. Termasuk masalah tentang perceraian orang tua atau kasus bullying yang berdampak pada psikologis si artis tersebut. Ketika seorang public figure dituntut untuk menjadi sosok yang sempurna dalam  karir maupun kehidupan pribadi nya, berbagai macam gangguan psikologis dapat menyerang. Seperti halnya yang terjadi pada beberapa artis yang menderita gangguan mood atau yang lebih dikenal dengan Bipolar Disorder.
Bipolar Disorder merupakan kelainan pada otak yang menyebabkan ketidaknormalan pergantian mood, energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian. Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi.Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat berat. Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan.Ini semua tergantung masing-masing pengidap.Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini.
Bipolar disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda Setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25 tahun.beberapa orang memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak, sementara beberapa orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama. Bipolar disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini dimulai.gejalanya terlihat seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian dari masalah lain yang lebih besar.
Pada kasus ini, Bipolar Disorder dialami oleh anak dari seorang Gubernur Provinsi Banten, Rano Karno yang terjerumus dalam hal Narkoba.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat di televisi orang yang mengalami gangguan kejiwaan akibat menggunakan narkoba. Narkoba tersebut tidak hanya mengakibatkan gangguan jiwa bahkan bisa mengakibatkan kematian. Orang yang biasanya menggunakan narkoba adalah, orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala dingin. Banyak orang yang tidak menyadari dampak narkoba terhadap kesehatan jiwanya, padahal apabila kita memahami mengenai dampak penggunaannarkoba tersebut kita dapat melakukan pencegahan dengan menghindari penggunaan narkoba. Pencegahan dilakukan dengan maksud agar terjaminnya kesehatan tubuh. Untuk menghindaridari penggunaan narkoba tersebut kita harus selalu berdoa kepada tuhan yang  Maha Esa dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin agar kehidupan kita menjadi harmonis tanpa menggunakan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat penyalahgunaan narkoba.



TEORI
A.   Ciri-ciri tingkah laku sehat dan normal
1.      Warga (1983)
Ciri-ciri individu sehat/normal adalah:
1.      Bertingkah laku menurut norma2 sosial yang diakui.
2.      Mampu mengelola emosi.
3.      Mampu m’aktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4.      Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5.      Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut digunakan untuk menuntun tingkah lakunya.
6.      Mampu menunda keinginan sesaat untuk mencapai tujuan jangka panjang.
7.      Mampu belajar dari pengalaman.
8.      Biasanya gembira.
2.      Harber&Runyon (1984)
Ciri individu normal adalah:
1.      Sikap terhadap diri sendiri: mampu menerima diri apa adanya, memiliki identitas diri yang jelas, mampu menilai kelebihan dan kekurangan diri sendiri secara realistis.
2.      Persepsi terhadap realita: pandangan realistis terhadap diri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun segala sesuatunya.
3.      Integrasi: kepribadian menyatu & harmonis, bebas konflik, toleransi yang baik terhadap stres.
4.      Kompetensi:mengembangkan ketrampilan dasar b’kaitan dengan aspek fisik, inteligensi, emosional dan sosial untuk melakukan coping thd masalah.
5.      Otonomi: memiliki ketetapan diri yang kuat, b’tgjwb, penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup thd pengaruh sosial.
6.      Pertumbuhan dan aktualisasi diri: pengembangan ke arah kematangan, pengembangan potensi dan pemenuhan diri sebagai pribadi.
7.      Relasi interpersonal: kemampuan membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.
8.      Tujuan hidup: Tidak perfeksionis, tapi membuat tujuan yang realistis dan masih dalam kemampuan individu.
B.    Perilaku Abnormal
ü  Statistical infrequency
Perspektif ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva.  Kriteri ini biasanya digunakan dalam bidang medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan, intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
ü  Unexpectedness
   Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.
ü  Violation of norms
   Perilaku abnormal ditentukan dengan mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan dengan norma yang berlaku, berarti abnormal. Kriteria ini  mengakibatkan definisi abnormal bersifat relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal. Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu kajian dalam psikologi abnormal.
ü  Personal distress
   Perilaku dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
ü  Disability
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan. Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability. Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability dalam masalah seksual. Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya serta waktu.
C.    Definisi Bipolar Disorder
Ganguan bipolar atau sering disebut juga dengan manic - depresi merupakan kelainan pada otak yang menyebabkan ketidak normalan pergantian mood, energi, level aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian.Bipolar memiliki dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat berat. Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan. Ini semua tergantung masing-masing pengidap. Mood atau keadaan emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini.
Kadang penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood meninggi, energi dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik atau hipomanik. Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental berkurang (episode depresi). Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan daripada manik. Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari perasaan sangat senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknlya. Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling bergantian.
Bipolar disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25 tahun.beberapa orang memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak, sementara beberapa orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama.
Bipolar disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini dimulai.gejalanya terlihat seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian dari masalah lain yang lebih besar. Beberapa orang menderita kelainan ini sampai bertahun - tahun sampai akhirnya terdiagnosis dan mendapatkan terapi. Seperti diabetes dan penyakit jantung, bipolar disorder adalah kelainan jangka panjang yang harus di awasi dan di managed seumur hidup.
1.      Gejala-gejala Bipolar Disorder
Ada empat episode yang menandai penyakit Bipolar Disorder ini, yaitu episode depresi, mania, hipomania, dan campuran.
a.      Episode Depresi
Gejala-gejala dari tahap depresi bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1)     Kesedihan dan menangis secara umum.
2)     Mengalami kesulitan tidur (insomnia) atau terlalu banyak tidur (hypersomnolence).
3)     Kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan atau sebaliknya.
4)     Menarik diri dari pergaulan, hilangnya rasa percaya diri.
5)     Kehilangan rasa suka terhadap hal-hal yang menyenangkan saat penderita dalamkondisi normal.
6)     Merasa pesimis, putus asa, tidak ada yang bersedia membantu, tidak bernilai atau berharga. dan tidak diinginkan.
7)     Terjadi komplikasi pada organ lainnya yang disebabkan oleh sugesti yang buruk terhadap kesehatannya.
8)     Memiliki respon yang lambat saat berbicara, kesulitan untuk berkonsentrasi, selalu berpikiran yang tidak jelas, dan bingung.
9)     Pekerjaan dan hubungan interpersonal terganggu
10) Merasa tidak berdaya dan benar-benar berpikir tentang cara membunuh dirinya sendiri.
Hampir semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30% diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.
b.      Episode Mania
Gejala-gejala dari tahap mania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1)     Merasa sangat bersemangat, penuh energi, dan siap untuk apapun.
2)     Berperilaku agresif, intoleran, terkadang membosankan, cepat marah, tidak sabaran, serta perilaku ugal-ugalan.
3)     Penurunan kebutuhan untuk tidur karena selalu aktif beraktifitas.
4)     Memiliki rencana yang realistis, suka berlibur dan bersenang-senang, serta peningkatan hubungan seksual.
5)     Kepercayaan diri yang meningkat, tidak takut pada apapun.
6)     Suka berbicara dengan cepat dan melompat dari subyek yang satu ke subyek yang lain.
7)     Keputusan tentang bisnis dan keuangan dilakukan dengan terburu-buru tanpa memperhatikan akibatnya.
8)     Memilih pakaian dan make up yang mendukung suasananya hatinya yang ceria.
9)     Hubungan sosial dan pekerjaan terganggu.
10) Meminta anggota keluarga maupun orang lain untuk memperhatikannya dan merasa tidak memerlukan orang lain.
11) Mengalami gejala psychotic yaitu delusion (kepercayaan palsu) dan hallucination (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata).
12) Muncul banyak ide dan gagasan yang berlebihandan terkesan muluk-muluk.

Menurut Weisberg (1994), perubahan mood mempengaruhi motivasi untuk menghasilkan karya kreatif daripada proses kreatif itu sendiri. Seorang penderita bipolar disorder yang berada pada tahap mania cenderung lebih berani mengeluarkan isi pikirannya daripada seseorang tanpa bipolar disorder. Penyakit ini banyak ditemukan pada orang-orang yang terlibat dalam dunia seni. Sejumlah artis, komposer, dan penulis yang mempunyai riwayat bipolar disorder dikenal dapat menghasilkan karya-karya yang baik. Bahkan para sejarawan percaya bahwa Vincent Van Gogh mengidap bipolar disorder. Keadaan mania dapat memicu kreativitas terkait dengan adanya peningkatan mood, pikiran yang muncul tiba-tiba, dan kemampuan menghubung-hubungkan ide dan gagasan.

c.       Episode Hipomania
Tahap Hipomania mirip dengan mania. Perbedaanya adalah penderita pada tahap ini merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk di diagnosis karena terlihat seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama seperti mania. Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder dalah sebagai berikut:
1)     Bersemangat dan penuh energi, muncul kretivitas
2)     Bersifat optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah
3)     Penurunak kebutuhan untuk tidur

d.     Episode Campuran (Mixed State Episode)
Dalam konteks bipolar disorder,mixed state adalah suatu kondisi dimana tahap mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania).Akan tetapi, beberapa jam kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya.Penderita merasa kelelahan, putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya.Hal itu terjadi berganti dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat.Alkohol, narkoba, dan obat-obat antipedresan sering dikonsumsi oleh penderita saat berada pada epiode ini.Mixed state bisa menjadi episode yang paling membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus asa, delusi, dan halusinasi.
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:
1)     Selalu berbicara tentang kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
2)     Memiliki pandangan pribadi tentang kematian.
3)     Mengkonsumsi obat-obatan secara berlebihan dan alkohol.
4)     Terkadang lupa akan hutang atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon, dll.

            Secara umum, depresi muncul kurang dari 1% pada anak-anak prasekolah dan 2–3% pada anak usia sekolah. Pada remaja, rata-rata penderita depresi sama dengan orang dewasa, dengan rata-rata 7-13% dan lebih banyak muncul pada anak perempuan.
Masalah genetis adalah faktor umum yang menjadi penyebab BD. Anak yang memiliki salah satu orangtua dengan BD memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15-30%. Apabila kedua orangtuanya mengidap BD, maka anak-anaknya beresiko mengalami BD sebesar 50-75%. Kembar identik dari seorang pengidap BD juga memiliki resiko tertinggi akan juga mengalami BD dibandingkan anak yang bukan kembar identik.
Orangtua dengan anak yang mengalami depresi biasanya juga memiliki saudara dekat  (first-degree relatives) yang mengalami mood disorder. Ibu yang mengalami depresi juga besar kemungkinan akan memiliki anak yang juga mengalami depresi.

2.      Menurut DSM, ada empat tipe-tipe dasar dari penyakit bipolar:
a.      Penyakit Bipolar I terutama ditentukan oleh episode-episode manic atau campuran yang berlangsung paling sedikit tujuh hari, atau oleh gejala-gejala manic yang begitu parah sehingga orang itu perlu segera perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga mempunyai episode-episode depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua minggu. Gejala-gejala dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama dari kelakuan normal seseorang.
b.      Penyakit Bipolar II Hypomanic , ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi namun bukan sepenuhnya episode-episode manic atau campuran.
c.       Bipolar Disorder Not Otherwise Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika seseorang mempunyai gejala-gejala dari penyakit yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu dari bipolar I atau II. Gejala-gejala mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau orang itu mungkin mempunyai terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa dengan bipolar I atau II. Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas keluar dari batasan kelakuan normal seseorang.
d.      Penyakit Cyclothymic, atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari penyakit bipolar. Orang-orang yang mempunyai cyclothymia mempunyai episode-episode dari hypomania dengan depresi ringan untuk paling sedikit dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan diagnostik untuk tipe lain apa saja dari penyakit bipolar.
Beberapa orang-orang mungkin didiagnosa dengan rapid-cycling bipolar disorder.Ini adalah ketika seorang mempunyai empat atau lebih episode-episode dari depresi utama, mania, hypomania, atau gejala-gejala campuran dalam satu tahun.
          Gangguan mood atau Bipolar Disorder ini didukung oleh beberapa teori menurut tokoh psikologi yang menjelaskan penyebab dasar munculnya gangguan tersebut. Berikut merupakan beberapa teori tersebut :
a)    Teori Psikoanalisis Tentang Depresi
Menurut Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada awal masa kanak-kanak. Pada fase oral anak mungkin kurang terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi pada fase ini mengakibatkan individu dependen, low self esteem. Hipotesanya adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri dengan orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan. Lama-lama ia malah marah pada dirinya sendiri, merasa bersalah.
b)    Teori Kognitif Tentang Depresi
Menurut Teori Depresi Beck (1967)
Individu menjadi depresi akibat interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul skema negatif akibat kejadian-kejadian buruk ia merasa akan selalu sial/gagal, dipadu dengan bias kognitif muncul triad negatif (pandangan sangat negatif tentang diri, dunia, masa depan).
Menurut Teori hopelessness
Sejumlah bentuk depresi dianggap sebagai akibat hopelessnessà merasa hasil yang diharapkan takkan pernah muncul, individu tak bisa merubah situasi. Kemungkinan muncul akibat self esteem yang rendah, kecenderungan anggapan bahwa kejadian negatif akan mengakibatkan sejumlah hal negative.
c)    Teori Interpersonal Tentang Depresi
Individu depresi cenderung terbatas jaringan dan dukungan sosialnyaàmengurangi kemampuan individu mengatasi kejadian negatif, rentan terhadap depresi.
Individu depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain benar peduli. Namun ketika yakin, rasa puasnya hanya sebentar. Berhubungan dengan konsep diri negatif.
Kompetensi sosial yang rendah diperkirakan memunculkan depresi pada anak usia TK. Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat meningkatkan depresi pada remaja.

d)    Teori Biologis Tentang Gangguan Mood
Gangguan bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut dengan behavioral activation system atau BAS. BAS memfasilitasi kemampuan manusia unuk mendekati atau memperoleh reward dari lingkungannya dan ini telah dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti ekstrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan dopamine neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward diprediksi meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak terkait dengan perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait dengan perubahan dalam simtom depresi.Dengan demikian, BAS dan manifestasi perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan dengan simtom mania dari gangguan bipolar.

e)    Teori Lingkungan Tentang Gangguan Mood
Bipolar disorder tak hanya dipengaruhi oleh gen saja, tetapi juga didorong oleh faktor lingkungan. Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Seorang penderita bipolar disorder yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder. Di sisi lain, keadaan lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal.


ANALISIS
Pemberitaan yang beredar terkait masalah yang dialami anak Rano Karno ini menyebutkan bahwa dia pernah mengalami kejadian yang kurang mengenakan pada saat Raka masih kecil. Saat Raka kecil, di sekolahnya, banyak anak-anak yang meledek karena dia bukan anak kandung Rano Karno. Rano kemudian menambahkan bahwa anaknya (Raka) ini mudah stres. Lebih lanjut bahkan Rano mengatakan anaknya ini menderita suatu gangguan kejiwaan yang disebut gangguan bipolar.
Dia menyebutkan bahwa sifat Raka mudah stres,mudah sedih,dan labil. Gangguan bipolar sendiri adalah gangguan suasana perasaan yang dikarakteristikan dengan suatu kondisi suasana perasaan atau moodyang berubahubah. Kadang sedih sekali dan kadang gembira luar biasa. Gangguan bipolar memang banyak dihubungkan dengan kondisi kejiwaan terkait lainnya. Banyak jurnal penelitian mengatakan, salah satu yang paling sering terjadi pada pasien gangguan bipolar adalah penyalahgunaan zat atau narkotika.
Kondisi penggunaan zat terlarang, seperti alkohol dan narkotika stimulan, seperti ekstasi, kokain, dan metamfetamin, memang terkait dalam kondisi perjalanan gangguan bipolarnya. Orang dengan gangguan bipolar sering mengalamimood yang berubah-ubah. Ketika depresi, orang yang mengalami bipolar bisa sangat sedih sekali dan merasa tidak ada gunanya hidup. Pada saat itu orang dengan bipolar bisa melakukan upaya bunuh diri.Perasaan tidak berdaya dan tidak nyaman ini yang kadang bisa mendorongnya menggunakan zat-zat narkotika yang mampu membuatnya lebih hidup, salah satu contohnya adalah ekstasi.
Begitupun ketika seorang bipolar mengalami fase manik. Kondisi senang yang berlebihan bisa membuatnya kehilangan rasionalitas dalam berpikir dan bertindak. Perilaku berisiko dan salah satunya menggunakan zat narkotika agar lebih bersemangat bisa dilakukan dalam kondisi manik. Hal ini tentunya membuat penggunaan zat narkotika, terutama pada lakilaki dikatakan besar jumlahnya di kalangan penderita bipolar.


DAFTAR PUSTAKA






Tidak ada komentar:

Posting Komentar