Fenomena Kesehatan Mental, Konsep Normal Abnromal di Masyarakat
Mata Kuliah: Kesehatan Mental
Nama : Trisya Handika
Putri
NPM : 1A514884
Kelas : 2PA07
FAKULTAS
PSIKOLOGI
JURUSAN
PSIKOLOGI
UNIVERSITAS
GUNADARMA
TAHUN
AJARAN 2015-2016
PENDAHULUAN
Kesehatan
adalah sesuatu yang berharga bagi seluruh makhluk hidup di dunia karena tanpa
kesehatan, manusia tidak akan dapat menjalani kegiatan hidupnya dengan optimal.
Selain itu kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial
yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pada
dasarnya, setiap manusia menghendaki hidup dan kehidupan yang tenang, tentram
dan bahagia, meskipun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut tercapai.
Sebab sudah menjadi sunatullah bahwa kegundahan, kekalutan, kegelisahan
dan berbagai bentuk gangguan psikologis lainnya merupakan bagian yang akan
selalu menyertai kehidupan manusia.
Problematika
individu yang sering dihadapi ialah kegagalan seseorang dalam menghadapi
kenyataan hidup seperti sangat sulit untuk menghadirkan rasa takut, rasa taat,
dan rasa bahwa Dia selalu mengawasi perbuatan dan perilaku setiap individu.
Problematika individu dengan dirinya sendiri, ialah kegagalan bersikap
berdisiplin dan bersahabat dengan hati nuraninya sendiri, yakni hati nurani
yang selalu mengajak, menyeru dan membimbing kepada kebaikan dan kebenaran
kepada Tuhannya. Sehingga muncul sikap was-was, ragu, prasangka buruk lemah
motivasi dan tidak mampu bersikap mandiri dalam melakukan segala hal yang berujung
terjadinya gangguan kejiwaan (Hamdani, 2004).
Kesehatan
Jiwa adalah keadaan jiwa yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur
kesehatan, yang dalam penjelasannya disebutkan bahwa kesehatan jiwa adalah
suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual dan emosional
yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan
keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis
(serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam
hubungannya dengan manusia lain (Irma, 2009).
Gangguan
jiwa adalah gangguan dalam cara berpikir (cognitive), kemauan (volition,
emosi (affective), tindakan (psychomotor) (Yosep, 2007). Gangguan
jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada
individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial.
Faktor – faktor
penyebab gangguan mental:
- Pesatnya
arus urbanisasi di kota-kota besar.
- Kehidupan
kota yang serba tergesa-gesa
- Lebih
menonjolkan kepentingan diri sendiri dan rasa individualisme.
- Kemajuan
ilmu pengetahuan, mekanisme, industrialisasi, dan urbanisasi.
- Memburu
keuntungan komersial dan penuh kompetisi.
- Pengaruh
lingkungan dan mass media
- Masa
transisi
Menurut
Townsend (1996) mental illness adalah respon maladaptive terhadap stressor dari
lingkungan dalam/luar ditunjukkan dengan pikiran, perasaan, dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan norma lokal dan kultural dan mengganggu fungsi sosial,
kerja, dan fisik individu. Konsep gangguan jiwa dari PPDGJ II yang merujuk ke
DSM-III adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologi seseorang, yang
secara klinik cukup bermakna, dan yang secara khas berkaitan dengan suatu
gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability)
di dalam satu atau lebih fungsi yang penting dari manusia (Maslim, 2002).
Di Indonesia, Public figure menjadi sorotan bagi masyarakat luas termasuk
para penggemarnya. Tak heran jika kehidupan pribadi sang public figure menjadi topik hangat
yang selalu di bicarakan oleh masyarakat. Termasuk masalah tentang perceraian
orang tua atau kasus bullying yang
berdampak pada psikologis si artis tersebut. Ketika seorang public figure dituntut untuk
menjadi sosok yang sempurna dalam karir maupun kehidupan pribadi nya,
berbagai macam gangguan psikologis dapat menyerang. Seperti halnya yang terjadi
pada beberapa artis yang menderita gangguan mood atau yang lebih dikenal dengan
Bipolar Disorder.
Bipolar Disorder merupakan kelainan
pada otak yang menyebabkan ketidaknormalan pergantian mood, energi, level
aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian. Bipolar memiliki
dua kutub, yaitu manik dan depresi.Gangguan ini bersifat episode yang cenderung
berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat aktivitas yang
terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering merasa
euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat berat. Periode
mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu maupun bulan.Ini
semua tergantung masing-masing pengidap.Mood atau keadaan emosi internal
merupakan penyebab utama dari gangguan ini.
Bipolar disorder sering dialami oleh
remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda Setidaknya setengah dari kasus
dimulai sebelum umur 25 tahun.beberapa orang memiliki gejala - gejalanya bahkan
sejak kanak - kanak, sementara beberapa orang sisanya mengalami gejala -
gejalanya lebih lama. Bipolar disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini
dimulai.gejalanya terlihat seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak
seperti bagian dari masalah lain yang lebih besar.
Pada kasus
ini, Bipolar Disorder dialami oleh anak dari seorang Gubernur
Provinsi Banten, Rano Karno yang terjerumus dalam hal Narkoba.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
melihat di televisi orang yang mengalami gangguan kejiwaan akibat menggunakan
narkoba. Narkoba tersebut tidak hanya mengakibatkan gangguan jiwa bahkan
bisa mengakibatkan kematian. Orang yang biasanya menggunakan
narkoba adalah, orang yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya dengan kepala
dingin. Banyak orang yang tidak menyadari dampak narkoba terhadap
kesehatan jiwanya, padahal apabila kita memahami mengenai dampak penggunaannarkoba tersebut
kita dapat melakukan pencegahan dengan menghindari penggunaan narkoba.
Pencegahan dilakukan dengan maksud agar terjaminnya kesehatan tubuh. Untuk
menghindaridari penggunaan narkoba tersebut kita harus selalu berdoa kepada tuhan yang
Maha Esa dan menyelesaikan masalah dengan kepala dingin agar
kehidupan kita menjadi harmonis tanpa menggunakan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba merupakan suatu
pola penggunaan yang bersifat patologik dan harus menjadi perhatian segenap
pihak. Meskipun sudah terdapat banyak informasi yang menyatakan dampak negatif
yang ditimbulkan oleh penyalahgunaan dalam mengkonsumsi narkoba, tapi hal ini
belum memberi angka yang cukup signifikan dalam mengurangi tingkat
penyalahgunaan narkoba.
TEORI
A.
Ciri-ciri tingkah laku sehat dan normal
1.
Warga (1983)
Ciri-ciri individu sehat/normal adalah:
1. Bertingkah laku
menurut norma2 sosial yang diakui.
2. Mampu mengelola emosi.
3. Mampu m’aktualkan potensi-potensi yang dimiliki.
4. Dapat mengikuti kebiasaan-kebiasaan sosial.
5. Dapat mengenali resiko dari setiap perbuatan dan kemampuan tersebut
digunakan untuk menuntun tingkah lakunya.
6.
Mampu menunda keinginan sesaat untuk
mencapai tujuan jangka panjang.
7.
Mampu belajar dari pengalaman.
8.
Biasanya gembira.
2. Harber&Runyon (1984)
Ciri individu normal adalah:
1.
Sikap terhadap diri sendiri: mampu menerima
diri apa adanya, memiliki identitas diri yang jelas, mampu menilai kelebihan
dan kekurangan diri sendiri secara realistis.
2.
Persepsi terhadap realita: pandangan
realistis terhadap diri dan dunia sekitar yang meliputi orang lain maupun
segala sesuatunya.
3.
Integrasi: kepribadian menyatu &
harmonis, bebas konflik, toleransi yang baik terhadap stres.
4.
Kompetensi:mengembangkan ketrampilan
dasar b’kaitan dengan aspek fisik, inteligensi, emosional dan sosial untuk
melakukan coping thd masalah.
5.
Otonomi: memiliki ketetapan diri
yang kuat, b’tgjwb, penentuan diri dan memiliki kebebasan yang cukup thd
pengaruh sosial.
6.
Pertumbuhan dan aktualisasi diri:
pengembangan ke arah kematangan, pengembangan potensi dan pemenuhan diri
sebagai pribadi.
7.
Relasi interpersonal: kemampuan
membentuk dan memelihara relasi interpersonal yang intim.
8.
Tujuan hidup: Tidak perfeksionis,
tapi membuat tujuan yang realistis dan masih dalam kemampuan individu.
B.
Perilaku Abnormal
ü
Statistical
infrequency
Perspektif
ini menggunakan pengukuran statistik dimana semua variabel yang yang akan
diukur didistribusikan ke dalam suatu kurva normal atau kurva dengan bentuk
lonceng. Kebanyakan orang akan berada pada bagian tengah kurva, sebaliknya
abnormalitas ditunjukkan pada distribusi di kedua ujung kurva. Kriteri ini biasanya digunakan dalam bidang
medis atau psikologis. Misalnya mengukur tekanan darah, tinggi badan,
intelegensi, ketrampilan membaca, dsb.
ü Unexpectedness
Biasanya perilaku abnormal merupakan suatu
bentuk respon yang tidak diharapkan terjadi. Contohnya seseorang tiba-tiba
menjadi cemas (misalnya ditunjukkan dengan berkeringat dan gemetar) ketika
berada di tengah-tengah suasana keluarganya yang berbahagia. Atau seseorang
mengkhawatirkan kondisi keuangan keluarganya, padahal ekonomi keluarganya saat
itu sedang meningkat. Respon yang ditunjukkan adalah tidak diharapkan terjadi.
ü Violation of norms
Perilaku abnormal ditentukan dengan
mempertimbangkan konteks sosial dimana perilaku tersebut terjadi. Jika perilaku
sesuai dengan norma masyarakat, berarti normal. Sebaliknya jika bertentangan
dengan norma yang berlaku, berarti abnormal. Kriteria ini mengakibatkan definisi abnormal bersifat
relatif tergantung pada norma masyarakat dan budaya pada saat itu. Misalnya di
Amerika pada tahun 1970-an, homoseksual merupakan perilaku abnormal, tapi
sekarang homoseksual tidak lagi dianggap abnormal. Walaupun kriteria ini dapat membantu untuk
mengklarifikasi relativitas definisi abnormal sesuai sejarah dan budaya tapi
kriteria ini tidak cukup untuk mendefinisikan abnormalitas. Misalnya pelacuran
dan perampokan yang jelas melanggar norma masyarakat tidak dijadikan salah satu
kajian dalam psikologi abnormal.
ü Personal distress
Perilaku
dianggap abnormal jika hal itu menimbulkan penderitaan dan kesengsaraan bagi
individu. Tidak semua gangguan (disorder) menyebabkan distress. Misalnya
psikopat yang mengancam atau melukai orang lain tanpa menunjukkan suatu rasa
bersalah atau kecemasan. Juga tidak semua penderitaan atau kesakitan merupakan
abnormal. Misalnya seseorang yang sakit karena disuntik. Kriteria ini bersifat
subjektif karena susah untuk menentukan standar tingkat distress
seseorang agar dapat diberlakukan secara umum.
ü Disability
Individu mengalami ketidakmampuan (kesulitan) untuk
mencapai tujuan karena abnormalitas yang dideritanya. Misalnya para pemakai
narkoba dianggap abnormal karena pemakaian narkoba telah mengakibatkan mereka
mengalami kesulitan untuk menjalankan fungsi akademik, sosial atau pekerjaan.
Tidak begitu jelas juga apakah seseorang yang abnormal juga mengalami disability.
Misalnya seseorang yang mempunyai gangguan seksual voyeurisme (mendapatkan
kepuasan seksual dengan cara mengintip orang lain telanjang atau sedang
melakukan hubungan seksual), tidak jelas juga apakah ia mengalami disability
dalam masalah seksual. Dari semua kriteria di atas menunjukkan bahwa
perilaku abnormal sulit untuk didefinisikan. Tidak ada satupun kriteria yang
secara sempurna dapat membedakan abnormal dari perilaku normal. Tapi
sekurang-kurangnya kriteria tersebut berusaha untuk dapat menentukan definisi
perilaku abnormal. Dan adanya kriteria pertimbangan sosial menjelaskan bahwa
abnormalitas adalah sesuatu yang bersifat relatif dan dipengaruhi oleh budaya
serta waktu.
C.
Definisi Bipolar Disorder
Ganguan
bipolar atau sering disebut juga dengan manic - depresi merupakan kelainan pada
otak yang menyebabkan ketidak normalan pergantian mood, energi, level
aktivitas, dan kemampuan untuk mengerjakan aktivitas harian.Bipolar memiliki
dua kutub, yaitu manik dan depresi. Gangguan ini bersifat episode yang
cenderung berulang, menunjukkan suasana perasaan atau mood dan tingkat
aktivitas yang terganggu.Seseorang yang mengidap Bipolar Disorder biasanya sering
merasa euphoria berlebihan (mania) dan mengalami depresi yang sangat
berat. Periode mania dan depresi ini bisa berganti dalam hitungan jam, minggu
maupun bulan. Ini semua tergantung masing-masing pengidap. Mood atau keadaan
emosi internal merupakan penyebab utama dari gangguan ini.
Kadang
penderita memiliki perasaan atau yang bisa disebut sebagai mood meninggi, energi
dan aktivitas fisik dan mental meningkat atau episode manik atau hipomanik.
Pada waktu lain berupa penurunan mood, energi dan aktivitas dan mental
berkurang (episode depresi). Episode manik biasanya mulai dengan tiba-tiba dan
berlangsung antara dua minggu sampai lima bulan. Sedangkan depresi cenderung
berlangsung lebih lama. Episode hipomanik mempunyai derajat yang lebih ringan
daripada manik. Mereka yang mengalami gangguan bipolar ini beralih dari
perasaan sangat senang dan gembira ke perasaan sangat sedih atau sebaliknlya.
Dua kutub mood tinggi dan rendah, saling bergantian.
Bipolar
disorder sering dialami oleh remaja yang beranjak dewasa atau dewasa muda
setidaknya setengah dari kasus dimulai sebelum umur 25 tahun.beberapa orang
memiliki gejala - gejalanya bahkan sejak kanak - kanak, sementara beberapa
orang sisanya mengalami gejala - gejalanya lebih lama.
Bipolar
disorder tidak mudah dikenali saat kelainan ini dimulai.gejalanya terlihat
seperti masalah - masalah yang berbeda, tidak tampak seperti bagian dari
masalah lain yang lebih besar. Beberapa orang menderita kelainan ini sampai
bertahun - tahun sampai akhirnya terdiagnosis dan mendapatkan terapi. Seperti
diabetes dan penyakit jantung, bipolar disorder adalah kelainan jangka panjang
yang harus di awasi dan di managed
seumur hidup.
1. Gejala-gejala Bipolar Disorder
Ada
empat episode yang menandai penyakit Bipolar Disorder ini, yaitu episode depresi,
mania, hipomania, dan campuran.
a. Episode Depresi
Gejala-gejala
dari tahap depresi bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1) Kesedihan dan menangis secara
umum.
2) Mengalami kesulitan tidur
(insomnia) atau terlalu banyak tidur (hypersomnolence).
3) Kehilangan nafsu makan dan
penurunan berat badan atau sebaliknya.
4) Menarik diri dari pergaulan,
hilangnya rasa percaya diri.
5) Kehilangan rasa suka terhadap
hal-hal yang menyenangkan saat penderita dalamkondisi normal.
6) Merasa pesimis, putus asa,
tidak ada yang bersedia membantu, tidak bernilai atau berharga. dan tidak
diinginkan.
7) Terjadi komplikasi pada organ
lainnya yang disebabkan oleh sugesti yang buruk terhadap kesehatannya.
8) Memiliki respon yang lambat
saat berbicara, kesulitan untuk berkonsentrasi, selalu berpikiran yang tidak
jelas, dan bingung.
9) Pekerjaan dan hubungan
interpersonal terganggu
10) Merasa tidak berdaya dan
benar-benar berpikir tentang cara membunuh dirinya sendiri.
Hampir
semua penderita bipolar disorder mempunyai pikiran tentang bunuh diri dan 30%
diantaranya berusaha untuk merealisasikan niat tersebut dengan berbagai cara.
b. Episode Mania
Gejala-gejala
dari tahap mania bipolar disorder adalah sebagai berikut:
1) Merasa sangat bersemangat,
penuh energi, dan siap untuk apapun.
2) Berperilaku agresif,
intoleran, terkadang membosankan, cepat marah, tidak sabaran, serta perilaku
ugal-ugalan.
3) Penurunan kebutuhan untuk
tidur karena selalu aktif beraktifitas.
4) Memiliki rencana yang
realistis, suka berlibur dan bersenang-senang, serta peningkatan hubungan
seksual.
5) Kepercayaan diri yang
meningkat, tidak takut pada apapun.
6) Suka berbicara dengan cepat
dan melompat dari subyek yang satu ke subyek yang lain.
7) Keputusan tentang bisnis dan
keuangan dilakukan dengan terburu-buru tanpa memperhatikan akibatnya.
8) Memilih pakaian dan make
up yang mendukung suasananya hatinya yang ceria.
9) Hubungan sosial dan pekerjaan
terganggu.
10) Meminta anggota keluarga
maupun orang lain untuk memperhatikannya dan merasa tidak memerlukan orang
lain.
11) Mengalami
gejala psychotic yaitu delusion (kepercayaan palsu) dan
hallucination (melihat atau mendengar sesuatu yang tidak nyata).
12) Muncul banyak ide dan gagasan
yang berlebihandan terkesan muluk-muluk.
Menurut
Weisberg (1994), perubahan mood mempengaruhi motivasi untuk menghasilkan karya
kreatif daripada proses kreatif itu sendiri. Seorang penderita bipolar disorder
yang berada pada tahap mania cenderung lebih berani mengeluarkan isi pikirannya
daripada seseorang tanpa bipolar disorder. Penyakit ini banyak ditemukan pada
orang-orang yang terlibat dalam dunia seni. Sejumlah artis, komposer, dan
penulis yang mempunyai riwayat bipolar disorder dikenal dapat menghasilkan
karya-karya yang baik. Bahkan para sejarawan percaya bahwa Vincent Van Gogh
mengidap bipolar disorder. Keadaan mania dapat memicu kreativitas terkait
dengan adanya peningkatan mood, pikiran yang muncul tiba-tiba, dan kemampuan
menghubung-hubungkan ide dan gagasan.
c. Episode Hipomania
Tahap
Hipomania mirip dengan mania. Perbedaanya adalah penderita pada tahap ini
merasa lebih tenang seakan-akan telah kembali normal serta tidak mengalami
halusinasi dan delusi. Hipomania sulit untuk di diagnosis karena terlihat
seperti kebahagiaan biasa, tapi membawa resiko yang sama seperti mania.
Gejala-gejala dari tahap hipomania bipolar disorder dalah sebagai berikut:
1) Bersemangat
dan penuh energi, muncul kretivitas
2) Bersifat
optimis, selalu tampak gembira, lebih aktif, dan cepat marah
3) Penurunak
kebutuhan untuk tidur
d. Episode
Campuran (Mixed State Episode)
Dalam
konteks bipolar disorder,mixed state adalah suatu kondisi dimana tahap
mania dan depresi terjadi bersamaan. Pada saat tertentu, penderita mungkin bisa
merasakan energi yang berlebihan, tidak bisa tidur, muncul ide-ide yang
berlalu-lalang di kepala, agresif, dan panik (mania).Akan tetapi, beberapa jam
kemudian, keadaan itu berubah menjadi sebaliknya.Penderita merasa kelelahan,
putus asa, dan berpikiran negatif terhadap lingkungan sekitarnya.Hal itu
terjadi berganti dan berulang-ulang dalam waktu yang relatif cepat.Alkohol,
narkoba, dan obat-obat antipedresan sering dikonsumsi oleh penderita saat
berada pada epiode ini.Mixed state bisa menjadi episode yang paling
membahayakan penderita bipolar disorder. Pada episode ini, penderita paling
banyak memiliki keinginan untuk bunuh diri karena kelelahan, putus
asa, delusi, dan halusinasi.
Gejala-gejala yang diperlihatkan jika
penderita akan melakukan bunuh diri antara lain sebagai berikut:
1) Selalu berbicara tentang
kematian dan keinginan untuk mati kepada orang-orang di sekitarnya.
2) Memiliki pandangan pribadi
tentang kematian.
3) Mengkonsumsi obat-obatan
secara berlebihan dan alkohol.
4) Terkadang lupa akan hutang
atau tagihan seperti; tagihan listrik, telepon, dll.
Secara umum, depresi muncul kurang dari 1% pada anak-anak prasekolah dan 2–3%
pada anak usia sekolah. Pada remaja, rata-rata penderita depresi sama dengan
orang dewasa, dengan rata-rata 7-13% dan lebih banyak muncul pada anak
perempuan.
Masalah
genetis adalah faktor umum yang menjadi penyebab BD. Anak yang memiliki salah
satu orangtua dengan BD memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar
15-30%. Apabila kedua orangtuanya mengidap BD, maka anak-anaknya beresiko
mengalami BD sebesar 50-75%. Kembar identik dari seorang pengidap BD juga memiliki
resiko tertinggi akan juga mengalami BD dibandingkan anak yang bukan kembar
identik.
Orangtua
dengan anak yang mengalami depresi biasanya juga memiliki saudara dekat
(first-degree relatives) yang mengalami mood disorder. Ibu yang mengalami
depresi juga besar kemungkinan akan memiliki anak yang juga mengalami depresi.
2. Menurut DSM, ada empat
tipe-tipe dasar dari penyakit bipolar:
a. Penyakit Bipolar I terutama
ditentukan oleh episode-episode manic atau campuran yang berlangsung paling
sedikit tujuh hari, atau oleh gejala-gejala manic yang begitu parah sehingga
orang itu perlu segera perawatan rumah sakit. Biasanya, orang itu juga
mempunyai episode-episode depresi, secara khas berlangsung paling sedikit dua
minggu. Gejala-gejala dari mania atau depresi harus menjadi perubahan utama
dari kelakuan normal seseorang.
b. Penyakit Bipolar II Hypomanic
, ditentukan oleh pola dari episode-episode depresi namun bukan sepenuhnya
episode-episode manic atau campuran.
c. Bipolar Disorder Not Otherwise
Specified (BP-NOS) didiagnosa ketika seseorang mempunyai gejala-gejala
dari penyakit yang tidak memenuhi kriteria diagnostik untuk salah satu dari
bipolar I atau II. Gejala-gejala mungkin tidak berlangsung cukup lama, atau
orang itu mungkin mempunyai terlalu sedikit gejala-gejala, untuk didiagnosa
dengan bipolar I atau II. Bagaimanapun, gejala-gejala adalah dengan jelas
keluar dari batasan kelakuan normal seseorang.
d. Penyakit Cyclothymic,
atau Cyclothymia, adalah bentuk ringan dari penyakit bipolar. Orang-orang
yang mempunyai cyclothymia mempunyai episode-episode dari hypomania dengan
depresi ringan untuk paling sedikit dua tahun. Bagaimanapun, gejala-gejala
tidak memenuhi kebutuhan-kebutuhan diagnostik untuk tipe lain apa saja dari
penyakit bipolar.
Beberapa orang-orang mungkin didiagnosa
dengan rapid-cycling bipolar disorder.Ini adalah ketika seorang mempunyai
empat atau lebih episode-episode dari depresi utama, mania, hypomania, atau
gejala-gejala campuran dalam satu tahun.
Gangguan
mood atau Bipolar Disorder ini didukung oleh beberapa teori menurut tokoh
psikologi yang menjelaskan penyebab dasar munculnya gangguan tersebut. Berikut
merupakan beberapa teori tersebut :
a) Teori
Psikoanalisis Tentang Depresi
Menurut
Freud (1917/ 1950) potensi depresi muncul pada awal masa kanak-kanak. Pada fase
oral anak mungkin kurang terlalu terpenuhi kebutuhannya, sehingga ia terfiksasi
pada fase ini mengakibatkan individu dependen, low self esteem. Hipotesanya
adalah, setelah kehilangan orang yang dicintai, ia mengidentifikasi diri dengan
orang tersebut seolah untuk mencegah kehilangan. Lama-lama ia malah marah pada
dirinya sendiri, merasa bersalah.
b) Teori
Kognitif Tentang Depresi
Menurut Teori Depresi Beck (1967)
Individu menjadi depresi akibat
interpretasi negatif yang bias. Pada waktu kecil/remaja muncul skema negatif
akibat kejadian-kejadian buruk ia merasa akan selalu sial/gagal, dipadu dengan
bias kognitif muncul triad negatif (pandangan sangat negatif tentang diri,
dunia, masa depan).
Menurut Teori hopelessness
Sejumlah bentuk depresi dianggap
sebagai akibat hopelessnessà merasa hasil yang diharapkan takkan pernah muncul,
individu tak bisa merubah situasi. Kemungkinan muncul akibat self esteem yang
rendah, kecenderungan anggapan bahwa kejadian negatif akan mengakibatkan sejumlah
hal negative.
c) Teori
Interpersonal Tentang Depresi
Individu
depresi cenderung terbatas jaringan dan dukungan sosialnyaàmengurangi kemampuan
individu mengatasi kejadian negatif, rentan terhadap depresi.
Individu
depresi berusaha meyakinkan diri bahwa orang lain benar peduli. Namun ketika
yakin, rasa puasnya hanya sebentar. Berhubungan dengan konsep diri negatif.
Kompetensi
sosial yang rendah diperkirakan memunculkan depresi pada anak usia
TK. Interpersonal problem solving skill yang rendah dapat meningkatkan
depresi pada remaja.
d) Teori
Biologis Tentang Gangguan Mood
Gangguan
bipolar merefleksikan adanya gangguan pada sistem motivasional yang disebut
dengan behavioral activation system atau BAS. BAS memfasilitasi kemampuan
manusia unuk mendekati atau memperoleh reward dari lingkungannya dan ini telah
dikaitkan dengan positive emotional states, karakteristik kepribadian seperti
ekstrovert, peningkatan energi, dan berkurangnya kebutuhan untuk tidur. Secara
biologis, BAS diyakini terkait dengan jalur syaraf dalam otak yang melibatkan
dopamine neurotransmitter dan juga terkait dengan perilaku untuk memperoleh
reward. Peristiwa kehidupan yang melibatkan pencapaian tujuan atau reward
diprediksi meningkatkan simtom mania. Sedangkan peristiwa positif lainnya tidak
terkait dengan perubahan pada simtom mania, dan pencapaian tujuan tidak terkait
dengan perubahan dalam simtom depresi.Dengan demikian, BAS dan manifestasi
perilakunya, yaitu pencapaian tujuan diasosiasikan dengan simtom mania dari
gangguan bipolar.
e) Teori
Lingkungan Tentang Gangguan Mood
Bipolar
disorder tak hanya dipengaruhi oleh gen saja, tetapi juga didorong oleh faktor
lingkungan. Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya
penyakit yang melibatkan hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa
pencapaian tujuan (reward) dalam hidup. Seorang penderita bipolar disorder yang
gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar mempunyai riwayat
masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak kegelisahan atau
depresi. Selain penyebab diatas, alkohol, obat-obatan, dan penyakit lain yang
diderita juga dapat memicu munculnya bipolar disorder. Di sisi lain, keadaan
lingkungan di sekitarnya yang baik dapat mendukung penderita gangguan ini
sehingga bisa menjalani kehidupan dengan normal.
ANALISIS
Pemberitaan yang beredar terkait
masalah yang dialami anak Rano Karno ini menyebutkan bahwa dia pernah mengalami
kejadian yang kurang mengenakan pada saat Raka masih kecil. Saat Raka kecil, di
sekolahnya, banyak anak-anak yang meledek karena dia bukan anak kandung Rano
Karno. Rano kemudian menambahkan bahwa anaknya (Raka) ini mudah stres.
Lebih lanjut bahkan Rano mengatakan anaknya ini menderita suatu gangguan
kejiwaan yang disebut gangguan bipolar.
Dia menyebutkan bahwa sifat Raka mudah
stres,mudah sedih,dan labil. Gangguan bipolar sendiri adalah gangguan suasana
perasaan yang dikarakteristikan dengan suatu kondisi suasana perasaan atau
moodyang berubahubah. Kadang sedih sekali dan kadang gembira luar biasa.
Gangguan bipolar memang banyak dihubungkan dengan kondisi kejiwaan terkait
lainnya. Banyak jurnal penelitian mengatakan, salah satu yang paling sering
terjadi pada pasien gangguan bipolar adalah penyalahgunaan zat atau narkotika.
Kondisi penggunaan zat terlarang,
seperti alkohol dan narkotika stimulan, seperti ekstasi, kokain, dan
metamfetamin, memang terkait dalam kondisi perjalanan gangguan bipolarnya.
Orang dengan gangguan bipolar sering mengalamimood yang berubah-ubah.
Ketika depresi, orang yang mengalami bipolar bisa sangat sedih sekali dan
merasa tidak ada gunanya hidup. Pada saat itu orang dengan bipolar bisa
melakukan upaya bunuh diri.Perasaan tidak berdaya dan tidak nyaman ini yang
kadang bisa mendorongnya menggunakan zat-zat narkotika yang mampu membuatnya
lebih hidup, salah satu contohnya adalah ekstasi.
Begitupun ketika seorang bipolar
mengalami fase manik. Kondisi senang yang berlebihan bisa membuatnya kehilangan
rasionalitas dalam berpikir dan bertindak. Perilaku berisiko dan salah satunya
menggunakan zat narkotika agar lebih bersemangat bisa dilakukan dalam kondisi
manik. Hal ini tentunya membuat penggunaan zat narkotika, terutama pada
lakilaki dikatakan besar jumlahnya di kalangan penderita bipolar.
DAFTAR
PUSTAKA
http://fakhrurrozi.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/24029/KesMen.ppt. Diakses pada tanggal 14 Maret 2016.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31461/4/Chapter II.pdf. Diakses pada tanggal 14 Maret 2016.
http://jauhinarkoba.com/pemicu-terjadinya-penyalahgunaan-narkoba/. Diakses pada tanggal 14 Maret 2016.
https://nuruldiars.wordpress.com/2012/03/20/gangguan-kesehatan-mental-pada-fennomena-anak-rano-karno-3/. Diakses pada tanggal 14 Maret 2016.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar